Jika kita mendengar kata Ulama’ disebut-sebut, maka bayangan pertama yang biasanya muncul adalah “seorang lelaki tua yang berjenggot dan bersurban yang menjadi pimpinan di sebuah pesantren tradisional, bacaannya kitab kuning dan bijak tutur katanya serta baik perangainya”. Itu gambaran menurut kebanyakan masyarakat. Namun, apakah ulama’ selalu begitu?
Mari kita telusuri bersama makna ulama’ secara global dan karakteristik mereka. Sehingga nantinya kita dapat menilai diri kita, mampukah kita menjadi seorang ulama’. Selain itu, kita juga dapat memprediksikan tantangan yang akan dihadapi dalam mewujudkan cita-cita menjadi seorang ulama’.
Ulama’ adalah istilah yang diambil dari bahasa arab dan termasuk isim jama’ dari kata ‘alim (isim fa’il dari wazan ‘alima-ya’lamu) yang artinya orang-orang yang berilmu.
Kata ulama’ disebutkan dua kali dalam al-Qur’an, yakni dalam surat asy-Syu’araa ayat 197 (“Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama’ Bani Israil mengetahuinya?”) dan dalam surat Fathir ayat 8 (“dan demikian pula diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warna dan jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah para ulama’ (yaitu orang yang mengetahui kekuasaan dan kebesaran Allah). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”).