Sabtu, 19 November 2011

BEDA ITU RAHMAT


Assalamu’alaikum kawanku semua, gemana kabar nih? Semoga selalu dalam limpahan kasih Sayang Sang pencipta,,AMIIN
Tak terasa kita udah memasuki semester 5, dan telah ditinggalkan oleh kakak kelas kita yang stahun yang lalu diwisuda, dan tentunya ada penghuni baru di PUTM, yah selamat datang bagi semua thalabah baru yang baru beberapa hari saja menapaki bumi PUTM, semoga Allah selalu meliputi kalian dengan ke-ISTIQOMAH-an untuk melanjutkan perjuangan tafaqquh fid-diin di PUTM ini.. Amiin
Suatu kali, Binta pernah membaca artikel dari inpasonline.com yang menanyakan tentang da’i yang tak dapat berbahasa Arab. Jawaban yang inpas berikan memberikan kita banyak pelajaran karena intinya adalah “Jadikan perbedaan sebagai Rahmat”
Mafhum kan? Seperti yang kita ketahui, PUTM adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki cita-cita membentuk para thalabah dan thalibahnya menjadi seorang ‘ulama tarjih. Dan semua ini tak akan terwujud dengan peran satu fihak saja misalnya BPHnya saja, atau dosennya saja, atau thalabahnya saja. Maka harus ada kerjasama dari semua fihak untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Nah,, kita sebagai anak didik juga harus bersatu untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Binta terka kita pasti memiliki kesenangan, minat, bakat, bahkan kemampuan yang sangat berbeda satu sama lain. Tul  nggak? Nah, ilmu yang kita dapat dari dosen dikelas pun pasti banyak menimbulkan banyak penafsiran karena tiap kita memiliki perspektif (cara pandang) yang berbeda-beda. Binta juga terkadang merasa minder ketika teman-teman udah pada lancer menjawab pertanyaan yang dilontarkan ustadz untuk mereview padahal Binta merasa belum begitu faham. Tapi keminderan itu harus segera Binta tepis karena sadar maupun tidak pasti kita memiliki kemampuan lebih pada bidang yang lain. Makanya ustadz Syatibi seringkali berpesan agar kita selalu muroja’ah karena jika kita tak faham maka kita dapat menghilangkan ketidak tahuan itu dari kefahaman kawan kita yang telah lebih dulu faham dari kita.  Ya tho?
Kembali pada artikel inpas, jika kita sebagai da’I kita tak dapat Bahasa Arab gemana? Sepertinya Binta salah alamat ya melontarkan pertanyaan itu kepada para thalabah PUTM, eh tapi nggak deng. Jika thalabah PUTM ditanya hal demikian maka jawabannya kan bisa “makanya sekolah di PUTM ja biar pinter bahasa arabnya” (^_^) kali ini binta tak akan membahas tentang gemana cara biar bisa bahasa arab atau gemana, tapi lebih pada jawaban tentang kemampuan setiap da’I itu bebeda. Diantara kita pasti ada yang pinter Bahasa Arab, ada yang pinter tafsir Al-Qur’an, ada yang mahir menghafal Al-Qur’an atau hadits, ada yang senang berorasi demi mengeluarkan semua pendapatnya, ada pula yang minatnya pada soal music dan seni. Semua adalah kelebihan dan dakwah bisa dilakukan pada semua keadaan itu, tinggal bagaimana cara kita menyajikan. Nah, jika kita hanya mahir berpidato, tapi kemampuan bahasa, hafalan kita lemah maka kita harus berusaha untuk dapat menutupi kekurangan tersebut dengan terus belajar.
PUTM pastinya menghasilkan para da’I dan da’iyah yang sedemikian rupa bentuknya makanya kita harus saling melengkapi diantara sesama agar dakwah kita sampai kepada para kaum muslimin. PRINSIP yang harus kita miliki agar dapat bersatu dalam dakwah adalah LAPANG DADA dan tidak egois or individualis, kenapa? Karena jika hati kita terbuka dengan pendapat orang lain maka kita pun akan senantiasa menerima ilmu namun jika hati kita keras maka ilmu akan senantiasa menjauh dari diri kita. Ada sebuah ungkapan :
لاينال العلم مستحي ولا مستكبر
Dah jelas kan prends… perbedaan adalah rahmat, maka terimalah perbedaan sebagai sarana untuk saling melengkapi ok…
Wahai para kader Muhammadiyah, mari kita bangkitkan kembali semangat tafaqquh fid-diin dengan saling memberi motivasi dan saling menghargai agar kelak ilmu yang kita dapatkan selama ini selalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Binta rasa udah cukup celotehannya, takutnya pada boring lagi mbaca tulisan yang tak beralur ini. Selamat berjuang kawan, umat menunggumu. Billahi Fii Sabiilil-Haq Fastabiqul Khoirat,, Wassalamu’alaikum wr.wb

Binta (^_^)  Be a Star!   

QOLBU Hayawaanin hassaasin

Hello kawand,,,
Wah… ga bosen-bosennya deh Binta nyapa sobat semua yang pada caem 2 ;) alias cantik n imout-imout,,,
Btw, naon kabare rencang2 sedoyo? Sae to? Alhamdulillah,,kalo kabar imannya gemana nih,,, lagi up or down? Yah marilah kita mengheningkan cipta sejenak tuk mentafakuri laku yang telah kita haturkan pada diri n lingkungan sekitar kita n terutama pada Sang Pencinta yang senantiasa menampilkan romantisme cinta Illahi pada setiap hambaNya. Sudahkah kita bersyukur atas segala karunia yang telah Ia berikan? Sudahkah kita memanfaatkan serta memaksimalkan potensi yang telah kita miliki dalam jiwa kita?

Kawan,
kita sebagai makhlukNya memiliki 3 fungsi yakni sebagai homo sapien (makhluk berakal), homo socius (makhluk social) dan homo devinas (makhluk berketuhanan).
Dalam tafsir jalalain pun disebutkan bahwa manusia adalah hewan yang berkeinginan. Inilah keistimewaan diri kita terhadap makhluk laen yang Allah ciptakan. Jika Allah ciptakan malaikat dengan kema’shumannya, iblis dengan ketakaburannya, maka manusia adalah diantara keduanya alias manusia memiliki kebebasan tuk memilih mengikuti yang mana. Maka Allah pun menciptakan kita dengan syari’atNya yang kan menjadikan diri kita berada pada garis Kemaha PenyayangNya.

Jika kita sebagai remaja yang masih mencari jati diri hingga selalu bertanya “untuk apakah aku diciptakan didunia ini?” Maka Allah pun telah menerangkan dalam kitabNya yang Agung yakni dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya,
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Tak kan sempurna rasa syukur yang kita persembahkan pada Sang kholiq jika dibandingkan dengan kenikmatan yang telah Ia berikan pada kita, yakni nikmat waktu tuk menimba ilmu agama Islam sebanyak-banyaknya hingga hati kita merasakan manisnya iman dan kuatnya keyakinan bertuhan Yang ESA.
Karena, aku pernah mendengar sebuah kisah perjalanan hidup seorang remaja (kira2 usia SMP)yang bersekolah disebuah sekolah swasta namun karena ia belum mantap dengan konsep Monoteisme yang telah diajarkan disekolahnya dan ia belum merasakan kesesuaian hati sebagai manifestasi amalan yang telah ia amalkan, maka ia pun nekad untuk mencari sebuah kebenaran haqq yakni dengan mencoba semua agama yang ada di Indonesia. Maka ia pun meninggalkan agama Islam (MURTAD). Selama kurang lebih 6 bulan ia mengarungi hidup tanpa sebuah pijakan SYARI’AT, lambat laun hatinya pun mulai merasakan kemarau yang begitu hebat hingga rasa haus menghantui bak ia tinggal di gurun sahara karena selama ia menjadi seorang kafir ia tak pernah sedikit pun menyentuh air wudlu dan menyebut asma-asma Allah, walhamdulillah ia kembali mendapatkan NUR ILLAHI hingga ia dapat merasakan kembali manisnya iman. Dan bahkan ia bertambah yakin bahwa hanya Islamlah agama yang memiliki kebenaran haqq. Wallohu a’lam bish-showab. Kisah ini memang telah lama usai namun alangkah indahnya jika kita dapat mengambil pelajaran darinya.
Wahai kawand,,,
marilah kita berislam dengan kuat agar tak mudah goyah dengan berbagai ajaran yang datang silih berganti, baik dari kaum orientalis barat seperti paham SEPILIS, maupun musuh dalam selimut yakni perseteruan antar golongan, dan partai Islam bahkan perselisihan diantara warga yang saling berbeda pendapat walaw dalam 1 golongan.
Kokohkan aqidah kita dengan mempertajam ujung panah Ilmu agar parasit hati tak dapat menggerogoti nilai keimanan kita bak sebuah pohon yang sangat kokoh dari berbagai gangguan seperti angin puting beliung, banjir bandang dan semua bahaya yang dapat menumbangkannya.
Mari kita tengok ungkapan Seorang filsuf Muslim,
Tetaplah hidup berjuang dengan berpegang pada prinsip/ pendirianmu, sesungguhnya hidup itu adalah aqidah dan perjuangan.”
Tetaplah Semangat dengan selalu memotivasi diri, teruslah berkarya dengan segala yang dapat engkau lakukan, dan tetaplah Istiqomah dalam berislam..
Salam P’Sahabatan….Salam p’Juangan Islam!...

He konco2, cekap semanten mawon nggihh,,,edisi ngajeng kulo sambung malih,,,

By :
-Binta-

SECERCAH IBRAH DALAM SEBUAH PERJALANAN

Subhanallah…
Sejenak ku terdiam seraya memuji-Nya. Ku buka jendela, terlihat gunung-gunung yang biru jika dilihat dari kejauhan, sinar mentari yang mulai terasa hangatnya menyentuh kulit yang lembab dari dinginnya malam. Udara pagi merasuk kesetiap rongga dalam tubuh, memberikan kesegarannya.
Rabbi..., inilah nikmatmu yang sering dilupakan oleh hamba-hamba-Mu. Padahal tak ada satupun nikmat-Mu yang dapat kita dustakan. Karena setiap hari, setiap detik, kita bernafas dengan udara-Mu, kitapun hidup dengan rizqimu, maka nikmat-Mu yang manakah yang dapat kita dustakan? Tak kan ada. Tapi tak sedikit dari hamba-Mu yang melupakannya, bahkan tak sadar dengan apa yang telah kau berikan.
           
Alhamdulillah…aku hanya bisa memuji-Mu. Sebagai rasa syukurku, tak lupa aku berdoa “ asbahna wa asbaha mulku lillah wal hamdulillah laa ilaaha illallah wahdahuula syariikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa hua ‘ala kulli syaiin qadiir”.
Sejuknya pagi ini..
Inilah suasana desa. Berbeda ketika ku berada di kota. Udara pagi yang segar sudah bercampur dengan dengan polusi dari asap kendaraan yang memadati jalan raya. Sehingga tak jarang budaya macet yang menjadi pemandangan, menghiasi kota metropolitan.
Tapi, ini adalah hari terakhirku di desa. Mau tak mau aku harus kembali ke kota. Meski terasa berat kaki melangkah, tapi untuk secercah ilmu aku harus kembali. Karena aku tahu, hanya dengan ilmu aku



bisa menempatkan diriku dimana saja aku berada. Dihargai, dihormati, dipandang, tapi itu bukan tujuan utama yang kucari. Yang kucari adalah jati diriku. Bagaimana aku bisa bermanfaat untuk diriku, keluarga, dan orang lain. Bagaimana aku dapat menjalankan tugasku sebagai manusia dengan kelebihan dan kekuranganku. Bagaimana aku bisa terus berusaha untuk kehidupanku di dunia dan mencari bekal untuk kehidupan akhirat.

            Aku bersiap-siap karena pukul 8 pagi aku berangkat. Beratnya ketika ku pamit. Mencium tangan ibu, menatap wajahnya yang teduh meskipun garis-garis keriput mulai terlihat diwajahnya.. tapi senyumnya memberikan semangat untuk ku, mengantarkan disetiap langkah kakiku. Juga doanya yang senantiasa menguatkan diriku. Ku tahu kedatanganku selalu menjadi penantiannya.
Adik-adikkupun turut ikut mengantarkanku sampai kedepan pintu rumah. Meski mereka tidak tahu hendak kemana aku pergi. Yang mereka tahu adalah aku akan pergi dan akan kembali. selalu terucap dari bibir mungil adikku yang paling kecil “ kalau nanti kakak pulang, bawa permen ya ka…” dan aku selalu membalasnya dengan tersenyum. Tak lama, aku pamit. Ucapan salam adalah ucapan terakhir dariku. “aku akan segera kembali”, bisik hatiku.

***
            Zaman memang sudah modern ya..ku langkahkan kaki sampai kemuka jalan dan tinggal menunggu mobil datang. Sebuah alat transfortasi yang dapat mengantarkanku cepat sampai tujuan. Tak lama kemudian mobil itu menghampirirku, akupun segera naik. Transfortasi ini melaju dengan cepat, sampai tak terasa ia sudah sampai di pertengahan kota. Ya Allah sebentar lagi aku sampai. Namun, Ternyata dugaanku benar. Banyaknya kendaraan di jalan raya, menjadikan macet yang panjang.    Padahal, tinggal beberapa jam lagi aku sampai ketujuan. Cucuran keringat terus menetes membasahi wajahku, sedangkan mobil hanya berjalan sedikit demi sedikit. Lama.. panas.. itu yang sekarang ku rasakan, ku berpikr dan merenung. Jika macet begini saja sudah terasa menyiksa, lantas bagaimana keadaan nanti di Padang Mahsyar? Berjuta-juta manusia dikumpulkan untuk dihisab, sedang jarak matahari hanya sejengkal dari kepala. Dan kita tak bisa menghindarinya. Lalu sampai tiba giliran kita untuk dihisab, berapa besarkah amalan kita? Surga ataukah Neraka?
           
Oh.. mungkin panasnya tak dapat kita bayangkan. Menunggu mobil ini kembali melaju saja begitu lama dan terasa melelahkan, apalagi menunggu banyak manusia yang dihisab hingga tiba giliran kita. Ya.. hanya orang-orang yang beriman dan bertakwa saja yang akan mendapatkan pertolongan pada hari itu.

Sekejap ku terbangun dari lamunanku, Alhamdulillah macet sudah usai. Akhirnya mobil yang membawaku ini kembali melaju dengan cepat. Terlihat di sebelah kiri jalan berkerumunan orang. Ku terkaget  ketika ku melihat ada mobil rusak yang terbalik juga 2 sepeda motor yang kelihatannya masih baru. Mungkin ini yang membuat jalan macet panjang,  terdengar di telingaku ternyata terjadi kecelakaan akibat dari seorang yang lalai. Seorang pemabuk yang mengendarai mobil dengan sempoyongan hingga akhirnya menabrak 2 sepeda motor dan mobil tersebut terbalik. Mayatnya tergeletak bergelimangan darah. Astaghfirullah..apa yang akan ia jelaskan nanti, dia meninggal sia-sia setelah berbuat maksiat dan mungkin belum sempat bertaubat.

Lumayan lama mobil berjalan, tiba-tiba ia berhenti lagi. Kenapa ya? Apa mungkin macet lagi?
Hmmm….ku lega ternyata hanya traffic light. Merah menandakan kendaraan harus berhenti, itu merupakan aturan lalu lintas yang harus ditaati. Namun, tak sedikit juga yang melanggarnya. Banyak kendaraan seperti motor, mobil bahkan bus yang menerobos begitu saja. Sama halnya dengan manusia ketika dia melanggar rambu-rambu  syariat islam. Padahal, dia sudah tahu betul bahwa itu merupakan sebuah kesalahan. Tapi banyak yang tak peduli meskipun dalam hatinya meyakini akan adanya hari pembalasan.

            Alhamdulillah tinggal satu belokan lagi aku sampai keasramaku, tempat persinggahanku. Meskipun tempatnya sederhana, tapi itu tak membuatku lupa untuk bersyukur. Karena di sinilah aku hidup, belajar, istirahat, belajar memahami, menghargai, juga belajar mandiri.
           
            Terlihat dari jauh sebuah bangunan yang bercat hijau, ku segera barsiap-siap untuk turun. Tak lama, ku menepuk pundak pak supir yang tepat berada di depanku. Mobil segera berhenti, akupun turun dan ku berikan upah sebagai rasa terimakasihku karena telah mengantarkanku  sampai tujuan.

            Inilah tempat tinggal sementaraku. Setelah pendidikanku usai aku akan kembali ke rumahku. Desa tercintaku.
Seperti halnya kita hidup di dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan yang fana. Tempat dimana kita mengumpulkan amal sebanyak-banyaknya, agar dapat menyelamatkan kita ketika kita kembali kepada-Nya.
           
           
***
                                                                                                                      -N-
                  

MENGHARGAI WAKTU

Bukanlah kehidupan jika disana hanya ada hitam atau putih saja. Bukanlah kehidupan jika hanya ada kebahagiaan berselimut tawa atau kesedihan bertabur air mata belaka. Begitulah hakikat sang kehidupan. Ia adalah fenomena penuh warna dan rasa. Bukan statisnya keadaan. Kehidupan itu adalah perubahan. Yang ku maksud Bukanlah perubahan nilai yang sudah mutlak adanya. Kehidupan adalah perkembangan yang berjalan dengan segala kedinamisannya. Kehidupan berada satu garis dengan WAKTU. Dan manusia yang memahami kehidupan adalah mereka yang menghargai waktu. Mereka adalah orang-orang yang meyakini bahwa perubahan tidak akan mendatanginya kecuali ia sendiri yang menjemputnya. “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah (keadaan) diri mereka sendiri”.(QS. Ar-Ra’du:11)
            Dan mereka adalah orang-orang yang tak pernah diam selama ia mampu melakukan sesuatu ynag bermakna. Mereka berjuang tak kenal lelah. Tak merasa lemah hingga orang lain harus memperhatikan dan menolongnya. Mereka bukan orang yang terpaku merenungi dan menunggui takdir tanpa berbuat. Mereka menggunakan Matanya untuk melihat, telinganya untuk mendengar ayat-ayat-Nya. Hatinya untuk menerima hidayah-Nya, otaknya berfikir, lisannya mengandung hikmah, sedang kaki dan tangannya untuk mengamalkan.
            Milikilah jiwa yang menghargai waktu. Atau kalian akan merugi. Dan tidak akan ada yang menanggung kerugian itu kecuali diri kalian sendiri, manusia yang diberi modal “waktu” oleh sang Illahi Rabbi lalu tidak menyadarinya. Allah berfirman”Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Melainkan orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam halkesabaran”(Al-Ashr:1-3)
            Maka, apa yang kini sedang kau tunggu untuk tidak berbuat baik? Atribut mukmin telah kau akui, namun belum benar-benar terbukti dalam perilaku sehari-hari. Lalu, kau bertanya apakah kunci menjadi mikmin sejati? Jawabannya ialah menghargai waktu dengan senantiasa beramal shalih, sibuk mengoreksi dan memperbaiki diri, melakukan yang terbaik untuk orang lain dan diri sendiri. Dengan itu waktu terasa terhargai.
            Jika waktu tak kau hargai, maka bukan saja kau akan merugi. Melainkan kau sama saja dengan tak menghargai Dzat yang telah menciptakan dirimu sendiri!. Oleh karena itu, wahai putra-putri, pemuda-pemudi, mahasiswa-mahasiswi, janganlah kita lalai akan tanggung jawab diri. Masa mudamu adalah salah satu dari sekian perkara yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti.
            Aku yakin kalian bukanlah orang-orang yang hatinya mati. Maka bangunlah dari lelapnya tidurmu yang berselimut mimpi selama ini. Buka mata, telinga, dan hati. Baca, baca dan baca sendiri!.  Buktikan bahwa kau adalah orang yang pantas menyandang atribut MUKMIN SEJATI!!!
-chy-

Jumat, 18 November 2011

TAJDID DIRI

Assalaamu’alaikum shobat,,,
Priwe kabare shob?? Mugi sae sedoyo mawon , amiiin,, gemana liburannya?? Semoga dapat membawa pencerahan ghiroh dalam diri pribadi kita semua… Amiin ya Robbal ‘aalamiin. Edisi ini, Binta ingin berbagi cerita sedikit (hehe,, Cuma mau curhat kok)..
Pagi yang sunyi di Dusun Tundan, kucoba tuk membaca Al-Qur’an (hanya membaca lafadznya,,,) Ketika hampir selesai , ring tone sms pun berdering, agak goyah keinginanku tuk terus membaca Al-Quran, namun kupendam dulu keinginan tuk membaca sms yang ku sendiri tak mengetahui isi dan siapa pengirimnya. Segera kuselesaikan tilawahku. Lalu kumulai mencoba tuk membukanya, “oh, dari temen lama to” ekspresiku biasa.
Namun, setelah kuselami kata-kata yang panjang didalamnya, aku pun termenung dan hanya bisa mengucap kalimat tasbih dan Istighfar,, karena isinya begitu mengagumkan dan menusuk qalbu.
Sebenarnya apa sih isinya???” teriak seorang teman yang berada disisiku, , Lalu kumulai membacakan isi yang ada pada smsku pagi tadi..
Semoga menambah semangat:
Eko Prasetyo Murdi Utomo (23) asal Pontianak, Mahasiswa fakultas Syari’ah Prodi Keuangan dan Perbankan Angkatan 2006 Universitas Islam Bandung (UNISBA), meraih juara I dalam Musabaqoh Hifdzil Quran dan Hadits tingkat Asia Tenggara yang digelar oleh DEPAG RI dengan kantor Atase Agama Kedubes Saudi Arabia di masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya, Jakarta 26-28 Desember 2009, Eko baru bisa membaca Al-Quran saat SMA. Berkat ketekunan dan tuntunan para guru ketika masih duduk dibangku SMA, ia berhasil menghafal 2.500 hadits. Kebetulan ketika SMA, Eko berdiam di Pondok Modern Gontor Jawa Timur, sementara sejak semester 3 ia mulai menghafal Al-Quran. Dalam waktu 2 tahun 30 juz sudah bisa dikuasainya. ”Caranya ya belajar sendiri saja, dengan cara mengulang-ulang.” Dia biasa meluangkan waktu 5 jam dalam sehari untuk hafalan.Namun ketika akan ikut Musabaqoh pada 27-29 Desember 2009 waktu yang diluangkan untuk menghafal selama 8-10 jam dalam sehari.” (Sumber : Ustad. Ridwan Hamidi, Lc.)
Usai kubaca sms itu pun, kumulai lagi membaca Al-Quran karena aku trenyuh alias tersentuh hati “Masa membaca aja males,, gemana mau menghapal??!!” ku benar2 merasakan bahwa diriku masih begitu jauh dari kesempurnaan agama ini,,, fikiranku pergi entah kemana, kususuri masa laluku yang lalai untuk menghafal dan mendalami ilmu Kalam, padahal telah hampir 7 tahun aku merantau mencari ilmu pengetahuan Agama, rela untuk berpisah dengan keluarga tercinta, tapi apa hasil yang kuperoleh?
Shob,,, dari curhatanku diatas semoga dapat memberikan sedikit cahaya dalam dada para calon ulama. Untuk senantiasa bersemangat dalam membaca, menghafal, memahami dan mengamalkan Al-Quran yang mulia. Karena siapa lagi yang akan menegakkan DIINULLAH jika bukan para ‘Ulama..
Shob,,, aku teringat akan kata mutiara dalam kitab An-Nahwul Wadlih jilid tiga,,
Bila engkau akan maju, mulia dan sukses (cita-cita) dan kau akan capai apa yang engkau kehendaki selama engkau mencarinya secara sungguh-sungguh dan sopan.”
Berjalanlah menuju tujuan, tentu kalian akan selamat dari kekecewaan”
Jadi,, marilah kita bersama-sama untuk menilik kembali tujuan yang telah kita rencanakan dengan matang saat kita akan berangkat ke KAWAH CANDRADIMOKO alias Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah yang sedang kita tempuh..
Shobat,, tak pandai kuuraikan kata2 yang lebih panjang lagi dari ini,,, cukup sudah kuceritakan kisah singkat dipagi buta tepatnya disebuah kamar sederhana di dalam pondok perjuangan ditengah dusun Tundan yang sunyi... Semoga bermanfaat,, dan maafkan kekhilafan yang ada. Ngesuk maning ya shobat,,, semoga Allah member umur panjang.. Amiin
Wassalamu ‘alaikum…..
-B-


FEMINISME

Sampai hari ini sebagian kaum perempuan masih aktif dalam perjuangan persamaan hak dengan kaum laki-laki atau yang biasanya disebut kesetaraan gender. Biasanya yang sedang berjuang itu adalah para perempuan yang sudah "merdeka". yaitu mereka yang dari kalangan Wanita Karir yang sukses, punya prestasi, punya background pendidikan yang tinggi. Udah 2 kali nI q-tha diisi ma mereka, yang mana mereka menggali hal-hal tersebut di Amerika bahkan merekapun sudah berkali-kali masuk gereja & q-tha ngliat secara langsung betapa  semangatnya cara mereka menyampaikan, awal-awalnya apa yang mereka sampaikan menarik perhatian q-tha sampai2 q-tha meng-iyakan penyampaian mereka tapi pas akhir-akhirnya baru q-tha ngerti apa maksud yang di sampaikannya.
        Masalah yang terus-menerus tentang emansipasi sebenarnya bukan karena laki-laki menjadikan wanita sebagai objeck, tapi karena perempuan sendiri yang berlaku demikian. Selalu berteriak akan persamaan hak. Masalah kesetaraan gender yang gencar didengungkan kaum perempuan itu akan selalu ada jika kaum perempuan tidak pernah merasa bahwa laki-laki adalah "mitra" melainkan sebagai pesaing dan musuh. Tapi baru ja kemarin q-tha di beri bekal ma ust. Munir gimana cara q-tha menyikapi hal tesebut kalo’ q-tha di hadapkan ma hal yang seperti itu lagi, masih inget kan??!!, biar lebih inget disebutin ulang lagi ja ya, 0k!!
6        PRINSIP MENYIKAPI FEMINISME:
1.      Didasarkan atas keimanan bahwa Allah itu maha tahu & maha adil, sedangkan manusia itu pengetahuannya terbatas.
2.      Di dasarkan pada keta’atan terhadap Allah & Rosul-Nya berdasarkan nash-nash yang qoth’i, jika q-tha di hadapkan pada nash yang qoth’i q-tha harus “sami’naa wa atho’na”, tapi klo’ dzonni masih bisa di perdebatkan. Sedangkan feminisme jika ada nash yang qoth’i  mereka masih mempermasalahkannya.
3.      Di dasarkan bahwa mereka melihat Islam berkemajuan dalam ukuran-ukuran dunia, jika memang seperti hal tersebut  berarti orang-orang kafir juga mulia, padahal qur’an menentang keras tentang orang-orang kafir, sebagaimana yang telah tersebutkan dalam Qs. Al bayyinah:6:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”

Apa ini yang mau di capai oleh gerakan feminis, jika  memang yang mereka inginkan seperti ini berarti mereka mendapatkan kemuliaan di dunia  tapi mereka menjadi hina di akhirat .
4. Di dasarkan pada konsep keseimbangan dalam hidup. Kehidupan ini akan bisa terus berjalan karena ada konsep keseimban9an (seperti ada yang memimpin ada juga yang di pimpin), jadi dalam q-tha memahami konsep peran wanita harus didasarkan pada kemuliaan seseorang itu di ukur dalam kehidupannya nanti di akhirat, karena memang keseimbangan hidup ini merupakan kelestarian, Allah mengatur  dalam menjadikan laki-laki dan perempuan itu didasarkan pada keseimbangan tersebut tapi yang di maksud keseimbangan di sini adalah keseimbangan akhirat.
5. Dalam mengatur peran manusia(laki-laki & perempuan) sesuai degan fithrah & kemampuannya.
6. Pentingnya kehidupan rumah tangga. Di ciptakan laki-laki & perempuan  berpasangan itu  karena Islam sangat memperhatikan kehidupan rumah tangga. Jika ada penyampai yang q-tha lihat seperti beberapa minggu yang lalu apa yang mereka sampaikan biasanya tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan terutama dalam kehidupan rumah tangga mereka. Dalam penyampaian mereka hanya enak di dengar, indah di telinga, dan gampang di diskusikan tapi mereka tidak mau melaksanakan. Sebagaimana telah di sebutkan dalam qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (2)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (3)
     “ Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(Ash-shaff:2-3)
      Sebenarnya ini sama seperti Pluralisme, kalau   mereka mengatakan semua agama benar  dan bisa masuk surga tapi mengapa mereka tidak pindah agama saja. Jadi tujuan utama mereka ingin menyesatkan orang lain tapi mereka sendiri tidak  mau sesat.
                                                                                                 

                                                                                                                   -LN-


# TAK BOSAN BERDAKWAH #

Liberal ! mungkin kita sudah bosan mendengar kata itu. Mereka yang menganut paham ini sering memunculkan ide-ide yang kontraversional dan makin gencar menyebarkan pahamnya. Melalui berbagai forum seminar, diskusi, pengajian dan forum-forum lain. Mereka tak henti-hentinya melontarkan pendapat yang membuat para ulama’ ‘gerah’ dan serasa memekakkan telinga ketika mendengarnya.

Kita tentu sudah faham apa yang mereka inginkan. Tiga agenda utama liberal ialah: menghancurkan aqidah Islam, mendekonstruksi syariat Islam dan memberantas Islam Militan. Semua diatasnamakan KEBEBASAN dan HAM! Isu yang dibahas memang itu-itu saja; kesetaraan gender, kehalalan homoseks, ketidakwajiban seorang Muslimah memakai jilbab dll. Ketika kita menanggapinya, menyangkal pendapat mereka dengan dalil-dalil yang benar pun mereka tak sedikit pun bergeser dari ke-Liberalis-an mereka. Sebagian orang mengaku sudah bosan dengan tingkah mereka dan memilih membiarkan liberalis itu berkoar-koar di forum-forum diskusi dan seminar daripada menanggapi mereka yang hanya akan menghasilkan debat kusir.

Tapi sebesar apapun kebosanan kita, sebesar apapun kejengkelan kita menghadapi liberalis itu kita harus ingat bahwa kita punya kewajiban untuk ber-amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar itu berlaku bagi setiap Muslim di manapun dan kapan pun.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran:104)

Selain itu kita juga punya kewajiban untuk menolong sesama Muslim dalam hal kebaikan, kita punya kewajiban saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”. (QS. Al Ashr: 1-3)

Kita harus ingat bahwa dalam seminar-seminar, diskusi-diskusi yang pembicaranya adalah para liberalis itu, tidak semua peserta/pendengarnya faham atau menguasai agama dan bisa memaklumi ide-ide liberalis sebagai ‘igauan’ saja. Kita harus ingat bahwa ada bahkan banyak di antara mereka yang masih ‘awam’ dengan agama Islam sendiri dan cenderung menerima apa yang mereka lihat dan dengar tanpa sikap kritis. Lalu bagaimana jadinya jika pada suatu diskusi arusnya hanya dikendalikan oleh liberalis itu? Tidakkah lebih baik jika ada yang menjadi penetralisir arus liberalisasi?

Sekali lagi, kita boleh mngatakan bahwa kita telah bosan menanggapi liberal dkk tapi kita tidak boleh lupa bahwa di satu sisi sebagai umat Muhammad SAW. kita punya kewajiban ber-amar ma’ruf nahi munkar sesuai kemampuan kita.

Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran hendaklah ia mengubah dengan tangan (kekuasaan)nya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman”(HR. Muslim).

Dalam hal ini kita sebagai orang yang meskipun hanya ‘sedikit’ tahu tapi kita mampu untuk melakukan nahi munkar di forum-forum diskusi dan seminar kenapa tidak? Mungkin kita sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pembicara yang sudah merasa ‘paling’ di depan audiens, tidak digubris pendapatnya, dianggap Islam fundamentalis, tekstual dan sebagaianya. Tapi itulah dakwah. Dakwah itu tanpa kenal lelah. Tugas kita hanya sebatas pemberi peringatan. Lebih baik kita mengingatkan meskipun tidak dipedulikan dan tidak mendapat hasil daripada kita termasuk orang-orang yang lalai ber-amar ma’ruf nahi munkar. Karena amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban maka haram kita meninggalkannya hanya karena perasaan bosan apalagi hanya karena tidak PD karena yang kita hadapi adalah orang-orang yang berpengaruh dan berkedudukan.

Sepertinya memang tidak mungkin menyadarkan liberalis yang sudah tsabit pemikiran liberalnya. Karena mereka bukan orang yang jahl basith (tidak tahu/salah/bodoh karena memang benar-benar tidak tahu), tapi liberalis itu orang yang termasuk jahl murokkab (bodoh/salah karena merasa sudah tahu dan sudah benar). Tapi tidak ada yang tidak mungkin. Sekeras-kerasnya hati liberalis itu, pasti masih bisa luluh. Karena hati itu sifatnya mudah dibolak-balik oleh Sang Pembolak-balik hati, Allah!.

Mungkin kita sempat berfikir bahwa kebathilan akan dikalahkan oleh kebenaran. Itu memang benar. Tapi bukankah Rosulullah membenamkan kebathilan pada masa jahiliyah dengan usaha yang luar biasa besarnya? Bukankah Rosulullah selalu bersemangat ketika berdakwah meskipun kenyataan saat itu sangat tidak memungkinkan untuk memberantas kejahiliyaan terbesar dalam sejarah? Kita harus mengakui bahwa Rosulullah tidak pernah hanya mengandalkan bahwa pertolongan Allah pasti datang tanpa usaha dakwah beliau dalam mengubah peradaban Arab. Beliau berdakwah penuh pengorbanan yang luar biasa, berdarah-darah dan tanpa lelah juga untuk membuktikan bahwa kebathilan akan dikalahkan oleh kebenaran. Bahwa “inilah Islam ! inilah agama yang rahmatan lil ‘alamin”

Ya, kita memang harus merenungi perjuangan Rosulullah dalam berdakwah. Bersemangat untuk berdakwah tanpa kenal bosan dan lelah, berdakwah sesuai kemampuan kita, berdakwah penuh kesabaran dan tidak memaksakan orang lain menerima dakwah kita. Karena hak memberi hidayah hanyalah Allah semata. Dan kita hanyalah sebagai pemberi peringatan.

Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, Tetapi orang yang berpaling dan kafir, Maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, Kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS. Al Ghasyiyah : 21-26)

Tantangan liberalisasi yang ada di hadapan kita jangan diambil sisi negatifnya saja. Tentu semuanya ada hikmahnya. Dengan adanya fenomena liberalisasi pemikiran dan keagamaan yang menyerang tubuh umat Islam kita jadi sadar untuk berfikir konpherensif, tidak berfikir setengah-setengah. Dengan adanya liberalisasi kita juga dituntut berfikir kritis, muncul kekhawatiran akan lemahnya aqidah dan muncul azam untuk memeperkuat aqidah. Dengan adanya serangan paham-paham Barat, di Indonesia kini ada INSIST, CIOS dan lembaga-lembaga lain yang concern mengkaji konsep-konsep penting, problematika dan isu-isu kontemporer dalam tradisi intelektual peradaban Islam dan Barat.
Demikianlah, semoga menjadi renungan bersama. Ilmu yang kita miliki janganlah disimpan sendiri. Marilah kita intregasikan ilmu agama yang kita dapatkan dengan semangat dakwah yang tinggi. Serta jangan lupa, berdakwah dengan cara yang bijaksana, tidak cepat mengkafirkan orang lain sebelum bisa membuktikan dengan cara yang shahih.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. An Nahl:125)
Keterangan: Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
-CAHAYA-