Senin, 05 Desember 2011

PERJALANAN SUCI


Sobat PUTM yang tersayang,,, tak terasa kita telah lalui bulan fithri setelah bulan yang suci. Dan kini, kita sedang bersiap untuk menyambut datangnya bulan nan haram yakni Dzulhijjah dimana semua umat Muslim di seluruh dunia akan melaksanakan muktamar akbar di Masjidil Haram demi memenuhi panggilan Sang Ilahi. Tak hanya itu, bagi mereka yang belum berkesempatan kesana pun ikut merayakan hari kemenangan tersebut dengan menyembelih binatang qurban. Kesemuanya itu merupakan bentuk keta’atan seorang muslim kepada Tuhannya dan keteladan umat pada ajaran Nabinya.  
Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima, dan perintahnya pun disebutkan dalam surat Al-Hajj: 7-8 yang artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,. supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”. Haji disyari’atkan hanya bagi mereka yang mampu. Baik mampu secara jasmani maupun rohani.
Salah satu budaya di Indonesia adalah mengunjungi para calon jama’ah haji. Kegiatan ini bertujuan untuk melepas kepergian mereka disertai dengan do’a perpisahan dan juga menitip do’a bagi diri dan keluarganya. Do’a perpisahan yang pernah diajarkan adalah sebagai berikut:
 زودك الله التقوى ووجهك في الخير وكفاك الهم
“semoga allah membekalimu dengan Taqwa dan menunjukkanmu atas kebaikan dan mencukupkan keinginanmu”
Sobat, Tatkala seorang haji tiba di ka’bah, dan sebelumnya dia sudah mengetahui bahwa pemilik rumah (ka’bah) tidak berada di sana, maka dia berputar mengelilingi rumah yakni dengan Thawaf. Inilah yang dapat memberikan isyarat bahwa ka’bah bukanlah maksud dan tujuan. Tetapi tujuannya adalah pemilik rumah (rabbul ka’bah)
Begitu pula dengan mencium hajar aswad, bukan berarti kita menyembah batu, melainkan karena mengikuti sunnah rasul. Karena beliaulah yang mencontohkan kita untuk melakukan yang demikian. Inilah pembeda antara musyrik dan muslim. Dulu orang musyrik mencium batu karena untuk menyembah batu. Tetapi sekarang Muslim mencium batu untuk mengikuti sunnah rasul yang diantara hikmahnya adalah seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu .
“Hajar Aswad adalah bagaikan tangan kanan Allah dimuka bumi ini. Maka barangsiapa yang menjabatnya (menyentuhnya) atau menciumnya maka seolah-olah ia menjabat (tangan) Allah dan mencium tangan kananNya.”
Karena itu ketika menyentuhnya seorang haji harus mengingat bahwa ia sedang berbai’at kepada Allah (pencipta dan pemilik batu yang telah memerintah untuk menyentuhnya). Berbai’at untuk selalu taat dan tunduk kepadaNya, dan harus ingat barang siapa yang mengkhianati bai’at maka ia berhak mendapatkan murka dan adzab Allah.
Dan akhirnya, marilah kita renungkan bersama akan pentingnya ibadah haji bagi Umat Islam pada khususnya. Semoga kita bisa melaksanakannya kelak. Dilandasi dengan niat, dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh dan disertai dengan do’a yang H2C (harap-harap cemas) kita yakin bahwa Allah SWT akan memanggil kita suatu saat nanti.. Amiiin

By: Qi_Mel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar