Jumat, 18 November 2011

# TAK BOSAN BERDAKWAH #

Liberal ! mungkin kita sudah bosan mendengar kata itu. Mereka yang menganut paham ini sering memunculkan ide-ide yang kontraversional dan makin gencar menyebarkan pahamnya. Melalui berbagai forum seminar, diskusi, pengajian dan forum-forum lain. Mereka tak henti-hentinya melontarkan pendapat yang membuat para ulama’ ‘gerah’ dan serasa memekakkan telinga ketika mendengarnya.

Kita tentu sudah faham apa yang mereka inginkan. Tiga agenda utama liberal ialah: menghancurkan aqidah Islam, mendekonstruksi syariat Islam dan memberantas Islam Militan. Semua diatasnamakan KEBEBASAN dan HAM! Isu yang dibahas memang itu-itu saja; kesetaraan gender, kehalalan homoseks, ketidakwajiban seorang Muslimah memakai jilbab dll. Ketika kita menanggapinya, menyangkal pendapat mereka dengan dalil-dalil yang benar pun mereka tak sedikit pun bergeser dari ke-Liberalis-an mereka. Sebagian orang mengaku sudah bosan dengan tingkah mereka dan memilih membiarkan liberalis itu berkoar-koar di forum-forum diskusi dan seminar daripada menanggapi mereka yang hanya akan menghasilkan debat kusir.

Tapi sebesar apapun kebosanan kita, sebesar apapun kejengkelan kita menghadapi liberalis itu kita harus ingat bahwa kita punya kewajiban untuk ber-amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar itu berlaku bagi setiap Muslim di manapun dan kapan pun.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran:104)

Selain itu kita juga punya kewajiban untuk menolong sesama Muslim dalam hal kebaikan, kita punya kewajiban saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”. (QS. Al Ashr: 1-3)

Kita harus ingat bahwa dalam seminar-seminar, diskusi-diskusi yang pembicaranya adalah para liberalis itu, tidak semua peserta/pendengarnya faham atau menguasai agama dan bisa memaklumi ide-ide liberalis sebagai ‘igauan’ saja. Kita harus ingat bahwa ada bahkan banyak di antara mereka yang masih ‘awam’ dengan agama Islam sendiri dan cenderung menerima apa yang mereka lihat dan dengar tanpa sikap kritis. Lalu bagaimana jadinya jika pada suatu diskusi arusnya hanya dikendalikan oleh liberalis itu? Tidakkah lebih baik jika ada yang menjadi penetralisir arus liberalisasi?

Sekali lagi, kita boleh mngatakan bahwa kita telah bosan menanggapi liberal dkk tapi kita tidak boleh lupa bahwa di satu sisi sebagai umat Muhammad SAW. kita punya kewajiban ber-amar ma’ruf nahi munkar sesuai kemampuan kita.

Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran hendaklah ia mengubah dengan tangan (kekuasaan)nya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman”(HR. Muslim).

Dalam hal ini kita sebagai orang yang meskipun hanya ‘sedikit’ tahu tapi kita mampu untuk melakukan nahi munkar di forum-forum diskusi dan seminar kenapa tidak? Mungkin kita sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pembicara yang sudah merasa ‘paling’ di depan audiens, tidak digubris pendapatnya, dianggap Islam fundamentalis, tekstual dan sebagaianya. Tapi itulah dakwah. Dakwah itu tanpa kenal lelah. Tugas kita hanya sebatas pemberi peringatan. Lebih baik kita mengingatkan meskipun tidak dipedulikan dan tidak mendapat hasil daripada kita termasuk orang-orang yang lalai ber-amar ma’ruf nahi munkar. Karena amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban maka haram kita meninggalkannya hanya karena perasaan bosan apalagi hanya karena tidak PD karena yang kita hadapi adalah orang-orang yang berpengaruh dan berkedudukan.

Sepertinya memang tidak mungkin menyadarkan liberalis yang sudah tsabit pemikiran liberalnya. Karena mereka bukan orang yang jahl basith (tidak tahu/salah/bodoh karena memang benar-benar tidak tahu), tapi liberalis itu orang yang termasuk jahl murokkab (bodoh/salah karena merasa sudah tahu dan sudah benar). Tapi tidak ada yang tidak mungkin. Sekeras-kerasnya hati liberalis itu, pasti masih bisa luluh. Karena hati itu sifatnya mudah dibolak-balik oleh Sang Pembolak-balik hati, Allah!.

Mungkin kita sempat berfikir bahwa kebathilan akan dikalahkan oleh kebenaran. Itu memang benar. Tapi bukankah Rosulullah membenamkan kebathilan pada masa jahiliyah dengan usaha yang luar biasa besarnya? Bukankah Rosulullah selalu bersemangat ketika berdakwah meskipun kenyataan saat itu sangat tidak memungkinkan untuk memberantas kejahiliyaan terbesar dalam sejarah? Kita harus mengakui bahwa Rosulullah tidak pernah hanya mengandalkan bahwa pertolongan Allah pasti datang tanpa usaha dakwah beliau dalam mengubah peradaban Arab. Beliau berdakwah penuh pengorbanan yang luar biasa, berdarah-darah dan tanpa lelah juga untuk membuktikan bahwa kebathilan akan dikalahkan oleh kebenaran. Bahwa “inilah Islam ! inilah agama yang rahmatan lil ‘alamin”

Ya, kita memang harus merenungi perjuangan Rosulullah dalam berdakwah. Bersemangat untuk berdakwah tanpa kenal bosan dan lelah, berdakwah sesuai kemampuan kita, berdakwah penuh kesabaran dan tidak memaksakan orang lain menerima dakwah kita. Karena hak memberi hidayah hanyalah Allah semata. Dan kita hanyalah sebagai pemberi peringatan.

Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, Tetapi orang yang berpaling dan kafir, Maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, Kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS. Al Ghasyiyah : 21-26)

Tantangan liberalisasi yang ada di hadapan kita jangan diambil sisi negatifnya saja. Tentu semuanya ada hikmahnya. Dengan adanya fenomena liberalisasi pemikiran dan keagamaan yang menyerang tubuh umat Islam kita jadi sadar untuk berfikir konpherensif, tidak berfikir setengah-setengah. Dengan adanya liberalisasi kita juga dituntut berfikir kritis, muncul kekhawatiran akan lemahnya aqidah dan muncul azam untuk memeperkuat aqidah. Dengan adanya serangan paham-paham Barat, di Indonesia kini ada INSIST, CIOS dan lembaga-lembaga lain yang concern mengkaji konsep-konsep penting, problematika dan isu-isu kontemporer dalam tradisi intelektual peradaban Islam dan Barat.
Demikianlah, semoga menjadi renungan bersama. Ilmu yang kita miliki janganlah disimpan sendiri. Marilah kita intregasikan ilmu agama yang kita dapatkan dengan semangat dakwah yang tinggi. Serta jangan lupa, berdakwah dengan cara yang bijaksana, tidak cepat mengkafirkan orang lain sebelum bisa membuktikan dengan cara yang shahih.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. An Nahl:125)
Keterangan: Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
-CAHAYA-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar